KALIMAT AMBIGU

Ambigu berasal dari kata 'ambigous' yang berarti bermakna lebih satu. Makna ambigu dapat terjadi pada frase, klausa, atau kalimat. Perhatikan kalimat berikut ini :
    
       * Orang mati dilompati kucing hidup.

Kalimat tersebut dapat diartikan 3 makna kalimat, yaitu :
Makna 1 : Orang yang mati kemudian dilompati kucing yang hidup.
                 (Dalam hal ini orangnya tetap mati, dan kucingnya memang hidup)
Makna 2 : Orang yang mati dilompati kucing kemudian orang matinya 
                 menjadi hidup.
Makna 3 : Orang hidup menjadi mati karena dilompati kucing yang hidup.

Untuk memecahkan problematika kalimat ini, dapat dilakukan dengan cara memberikan tanda baca yang tepat atau kata-kata tambahan yang memang diperlukan, yaitu :
Makna 1 : Orang-mati dilompati kucing-hidup.
Makna 2 : Orang-mati dilompati kucing, hidup.
Makna 3 : Orang,mati, dilompati kucing-hidup.

Contoh lainnya :
(1) Teman Aminah yang cantik sedang sakit.
      Maknanya : yang cantik bisa Aminah atau temannya.
(2) Isteri gubernur yang galak itu sedang naik mobil.
      Maknanya : yang galak bisa gubernur atau isterinya.
(3) Pengusaha baru membangun pabrik minuman keras di luar kota.
      Maknanya : pengusaha yang baru atau baru saja membangun.
(4) Toni dan Selvy sedang pergi ke Mal Delta. Ia tidak mengajak adiknya.
      Maknanya : Ia bisa merujuk pada Toni atau Selvy.



Kalimat-kalimat ambigu tersebut dapat diperbaiki menjadi :
(1a) Teman-Aminah yang cantik sedang sakit.
       (yang cantik teman Aminah)
(1b) Teman dari Aminah yang cantik sedang sakit.

       (yang cantik Aminah)
(2a) Isteri-gubernur yang galak itu sedang naik mobil.
       (yang galak isteri gubernur)
(2b) Isteri dari gubernur yang galak itu sedang naik mobil.
       (yang galak gubernur)
(3a) Pengusaha yang baru membangun pabrik minuman keras di luar kota.
        (yang baru adalah pengusaha)

(3b) Pengusaha baru saja membangun pabrik minuman keras di luar kota.   
        (yang baru adalah membangun pabrik) 
(4a) Toni dan Selvy sedang pergi ke Mal Delta. Toni tidak mengajak adiknya.
        Maknanya sudah jelas, yang mengajak adiknya adalah Toni.
 
(SUMBER:WACANA BAHASA)
 

KATA SERAPAN

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang hidup, bukan bahasa yang mati, sebagaimana bahasa Sanskerta dan bahasa Kawi. Artinya bahasa Indonesia masih bisa berkembang. Pada saat ini yang terbuka lebar adalah perkembangan pada aspek kosakata / istilah dan gaya bahasa. Itu pun harus sesuai dengan Pedoman Pembentukan Istilah.
Dalam bahasa Indonesia banyak dijumpai awalan serapan dari bahasa asing, khususnya bahasa Barat, seperti bahasa Inggris, Belanda dan Latin. Sebagaimana sebagai awalan dalam bahasa Indonesia asli, penulisan awalan serapan ini harus dituliskan serangkai dengan bentuk / kata dasarnya.
Jenis, makna, dan awalan serapan sebagai berikut.

Awalan Serapan       Makna               Contoh Hasil Bentukan
a-, i-                           tidak, tanpa         amoral, asusila, irasional, ilegal
non-, nir-                    tidak                    nonaktif, nonbudgeter, nirlaba, niraksara
in-, dis                        tidak                    informal, inkonvensional, disfungsi,
                                                               diskualifikasi
awa-                          tidak                    awalaras, awabau, awahama
anti-                           lawan                   antiperas, antikorupsi, antonim

kontra-                      lawan                   kontraroduktif, kontrarevolusi
de-                            hilang, kurang       degenerasi, debirokratisasi
re-                             ulang, kembali      regenerasi, reorganisasi, reboisasi
auto-                         sendiri                  autobiografi, autodidak, autokritik
swa-                         sendiri                  swadaya, swasembada, swalayan
tuna-                         tidak memiliki       tunakarya, tunawisma, tunasusila
pra-                          masa sebelum       prasejarah, prasekolah, prajabatan
pasca-                      masa sesudah       pascasarjana, pascapanen
mikro-                      kecil                     mikrobiologi, mikroorganisme
makro-                     besar                    makrokosmos, makroekonomi
adi-                          besar,unggul          adikuasa, adidaya, adikarya
pramu-                     pelayan                 pramuniaga, pramusaji, pramuwisata
purna-                      penuh, selesai        purnajual, purnabakti, purnawaktu
bio-                          hidup                    biokimia, biodata, biografi
semi-                        setengah               semifinal, semipermanen
dur-                          buruk, jelek          durjana, dursila, durkarsa
multi-                        banyak                 multikultur, multietnis, multifungsi
poli-                          banyak                poligami, polisemi, poliandri


(SUMBER:WACANA BAHASA)
 

BIOGRAFI DAN AUTOBIOGRAFI





Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.

Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.

Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu.

Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang bersumber pada subjek rekaan (non-fiction / kisah nyata). Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang,tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan perwatakan termasuk pengalaman pribadi.

Macam-macam Biografi :

* Berdasarkan sisi penulis
* Berdasarkan Isinya
* Berdasarkan persoalan yang dibahas
* Berdasarkan penerbitannya

Berdasarkan sisi penulis

1. Autobiografi.

Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya

2. Biografi.

Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi atas :

  • Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau sepengetahuam tokoh didalamnya
  • Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat)

Berdasarkan Isinya

  • Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau sebagian paling berkesan.
  • Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir hingga karir terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu.

Berdasarkan persoalan yang dibahas

Biografi politik.
yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut politik. Dalam biografi semacam ini bahan-bahan dikumpulkan biasanya melalui riset. Namun, biografi semacam ini kadang kala tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya.

Intelektual biografi
yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkanpenulisnya dalam gaya penulisan ilmiah.

Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra
yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan. Ini lebih ringan karena Cuma keterampilan dan wawancara.

Berdasarkan penerbitannya

Buku Sendiri.

Penerbitan buku kategori ini dilakukan atas inisiatif penerbit dengan seluruh biaya penulisan, percetakan, danpemasaran ditanggung oleh produsen. Biografi jenis ini biasanya memuat kisah hidup tokoh-tokoh yang diperkirakan akan menarik perhatian publik.

Buku Subdisi.

Ongkos pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai oleh sponsor. Biasanya pola ini dilakukan pada buku-buku yang diperkirakan dari segi komersial tidak akan laku atau kalaupun bisa dijual harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau.

Beberapa masalah tentang autobiografi
  • Kecenderungan untuk melebih-lebihkan jika berbicara mengenai diri mereka, dan membuat opini seolah sebagai fakta.
  • Tidak dapat dipastikan. Jika satu-satunya sumber dari suatu fakta mengenai salah seorang tokoh adalah diri tokoh tersebut sendiri, maka pembaca tidak dapat memastikannya. Pembaca tidak akan dapat memastikan harapan, mimpi, pemikiran, dan aspirasi tokoh tersebut. Walaupun mungkin benar, jika pembaca tidak dapat memastikan hal tersebut, hal tersebut tidak layak dipublikasikan.
  • * Orang sering memasukkan informasi ke dalam otobiografi yang belum pernah diterbitkan di tempat lain, atau merupakan hasil dari pengetahuan dari tangan pertama. Informasi semacam ini mengharuskan pembaca untuk melakukan riset primer untuk dapat memastikannya. (Sebagai contoh: Kecuali jika ukuran sepatu Anda, untuk suatu alasan yang luar biasa, telah menjadi pengetahuan publik, memasukkan ukuran sepatu Anda ke dalam artikel mengenai diri Anda adalah riset orisinal, karena untuk memastikan hal itu mengharuskan pembaca untuk datang kepada Anda dan mengukur kaki Anda sendiri.).

Pelaksanaan Penulisan Biografi:

TAHAP I : Diadakan pertemuan dengan klien untuk membicarakan rencana penulisan. Klien akan diberi penjelasan lebih jauh tentang sistem penulisan biografi yang kami terapkan serta hal-hal lain yang perlu diketahui klien. Klien kemudian menetapkan bentuk dan jenis biografi yang diinginkan.

TAHAP II : Keinginan klien akan kami bawa dalam pertemuan dengan sesama anggota kreatifnet untuk didiskusikan dan direncanakan. Setelah itu kami akan menghubungi klien untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut. Bila semuanya oke, akan diadakan penandatanganan kontrak penulisan.

TAHAP V: Hasil penyusunan dalam bentuk naskah tertulis akan diserahkan kepada klien untuk dikoreksi. Lama pengoreksian oleh klien maksimal satu minggu. Setelah itu, naskah dikembalikan lagi kepada kami.

TAHAP VI: Perbaikan serta pemrosesan akhir kami lakukan. Bila ada yang kurang jelas, klien akan kami hubungi lagi.

TAHAP VII: Tahap penulisan dianggap selesai. Hasil akhir berupa naskah jadi dalam bentuk print-out dan CD kami serahkan kepada klien. Untuk memperbanyak dalam bentuk buku atau CD akan diadakan pembicaraan lanjutan antara kami dan klien.
Saat menulis biografi, seorang penulis berupaya menyajikan perjalanan kehidupan seorang tokoh. Biasanya, ungkapan ekspresi waktu yang bervariasi dapat menjadikan tulisan lebih menarik dan tidak menonton.

Selain itu Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain:

  • Pilih seseorang yang menarik perhatian Anda.
  • Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut.
  • Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu.
  • Pikirkan, apa lagi yang perlu Anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak Anda tuliskan.
  • Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan misalnya:
  1. Apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik?
  2. Dampak apa yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang lain?
  3. Kata sifat apa yang mungkin akan sering Anda gunakan untuk menggambarkan orang ini?
  4. Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut?
  5. Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang itu?
  6. Apakah ia mampu mengatasi rintangan tersebut? Apakah ia mengatasinya dengan mengambil resiko? Atau dengan keberuntungan?
  7. Apakah dunia akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang ini tidak pernah hidup? Bagaimana bisa dan mengapa?
  8. Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari perpustakaan atau internet untuk membantu Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas serta supaya cerita Anda lebih menarik.


Berikut ini ungkapan ekspresi waktu yang dapat digunakan. Menjelaskan hubungan waktu urutan peristiwaPertama kali, pada mulanya;o Pertama kali, pada mulanya;

  • Kemudian,lalu,berikutnya,sesudahitu,setelahini, setelah/peristiwa/kejadian ini
  • Akhirnya Untuk menunjukkan satu waktu
  • Pada (usia/umur) 12, saat berusia 12 (tahun)
  • Tahun lalu, tahun ini, tahun mendatang, tahun berikutnya, hari berikutnya setahun yang lalu Untuk menunjukkan periode waktu yang terus berlanjut. Selama masa remaja, waktu saya remaja, selama tiga tahun, untuk waktu yang lama. Sejak (awal periode yang terus berlanjut) Preposisi
  • Di … (nama tempat, arah), pada … (tanggal/bulan/tahun)


Referensi :
 

APA ITU HIKAYAT?

Dalam dunia sastra, hikayat adalah salah satu cerita yang banyak digemari oleh banyak orang. biasanya cerita hikayat banyak sekali memberikan pesan-pesan moral di dalamnya. disini forumkami akan sedikit menjelaskan Ciri-Ciri Hikayat. semoga penjelasan tentang Ciri-Ciri Hikayat berguna untuk para pelajar di indonesia.

Ciri-Ciri Hikayat

Hikayat adalah cerita pelipur lara yang sulit diterima akal dan merupakan cerita rekaan, tetapi memiliki pesan dan amanat bagi pembacanya.Terutama dalam bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.

Salah satu hikayat yang populer di Riau adalah Yong Dolah. Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.

Hikayat terbagi 4, yaitu

1. Hikayat melayu asli (Cth : Hikayat si miskin)
2. Hikayat Jawa (Cth : Hkayat panji sumirang)
3. Hikayat India (Cth : Hikayat Ramayana)
4. Hikayat Arab (Cth : Hikayat Amir Hamzah)

Ciri – ciri hikayat adalah sebagai berikut ini :

1. Berisi kisah – kisah kehidupan lingkungan istana (istana sentris)
2. Banyak peristiwa yang berhubungan dengan nilai – nilai Islam
3. Nama nama tokoh dipengaruhi oleh nama – nama Arab
4. Ditemukan tokoh dengan karakter diluar batas kewajaran karakter manusia pada umumnya
5. Tidak ada`pembagian bab atau judul
6. Juru cerita tidak pernah disebuntak secara eksplisit (anonim)
7. Sulit membedakan peristiwa yang nyata dan peristiwa yang imajinatif
8. Banyak menggunaka kosakata yang kini tidak lazim digunakan dalam komunikasi sehari – hari
9. Seringkali menggunakan pernyataan yang berulang – ulang
10. Peristiwa seringkali tidak logis
11. Sulit memahami jalan ceritanya
12.Bersifat istana centris
13.anonim(nama pengarang tidak di cantumkan)
14.berkembang secara stetis
15.bersifat imajinatif,hanya bersifat khayal
16.Lisan,karena di sebarkan lewat mulut ke mulut
17.berbahasa klise,meniru bahasa penutur sebelumnya
18.bersifat logis,menggunakan logika sendiri tidak sesuai dengan logika sendiri

Bagaimana Menganalisis Unsur Hikayat ?

Apa yang menarik dari sejarah karya sastra kita? Salah satunya adalah kehadiran hikayat. Mungkin Anda telah mengenal beragam hikayat. Namun, apakah sesungguhnya manfaat hikayat bagi manusia zaman dahulu? Hikayat adalah karya sastra Melayu lama berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, silsilah raja-raja, agama, sejarah, biografi, atau gabungan dari semuanya.

Pada zaman dahulu, hikayat dibaca untuk melipur lara, membangkitkan semangat juang, atau sekadar meramaikan pesta. Sebagai prosa lama, hikayat memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan prosa baru atau prosa modern, di antaranya:
1. isi ceritanya berkisar pada tokoh raja dan keluarganya (istana sentris);
2. bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sama dengan logika umum, ada juga yang menyebutnya fantastis;
3. mempergunakan banyak kata arkais (klise). Misalnya, hatta, syahdan, sahibul hikayat, menurut empunya cerita, konon, dan tersebutlah perkataan; 4. nama pengarang biasanya tidak disebutkan (anonim). Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan. Biasanya, di akhir kisah, tokoh utamanya berhasil menjadi raja atau orang yang mulia. Oleh karena itu, alurnya pun cenderung monoton.

Penokohan dalam hikayat bersifat hitam putih. Artinya, tokoh yang baik biasanya selalu baik dari awal hingga akhir kisah. Ia pun dilengkapi dengan wajah dan tubuh yang sempurna. Begitu pula sebaliknya, tokoh jahat selalu jahat walaupun tidak semuanya berwajah buruk. Contoh-contoh hikayat di antaranya “Hikayat Bayan Budiman”, “Hikayat Hang Tuah”. “Hikayat Raja-Raja Pasai”, “Hikayat Panji Semirang”, serta “Hikayat Kalila dan Dimna”.

Hikayat Sastra Melayu

Sastra Melayu Klasik bermula pada abad ke-16 Masehi. Semenjak itu sampai sekarang gaya bahasanya tidak banyak berubah. Dokumen pertama yang ditulis dalam bahasa Melayu klasik adalah sepucuk surat dari raja Ternate, Sultan Abu Hayat kepada raja João III di Portugal dan bertarikhkan tahun 1521 Masehi.

Unsur-Unsur Intrinsik dalam Hikayat :

- Alur : tahapan cerita yang bersambungan.
- Tema : gagasan/ide/dasar cerita. (Alur maju, alur mundur, alur gabungan atau alur sorot balik)
- Penokohan : pemain/orng yang berperan di dalam cerita.

Unsur Ekstrinsik dalam Hikayat :

- Nilai moral
- Nilai agama

Berikut ini adalah daftar hikayat dalam bahasa Melayu:

Hikayat Aceh
Hikayat Abdullah
Hikayat Abu Nawas
Hikayat Abu Samah
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Banjar
Hikayat Bakhtiar
Hikayat Bayan Budiman
Hikayat Muda Cik Leman
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Iblis
Hikayat Indraputra
Hikayat Iskandar Zulkarnain
Hikayat Isma Yatim
Hikayat Jaya Lengkara
Hikayat Kalila dan Daminah
Hikayat Kerajaan Sikka
Hikayat Malim Dewa
Hikayat Musang Berjanggut
Hikayat Merong Mahawangsa
Hikayat Muhammad Hanafiah
Hikayat Nakhoda Asik
Hikayat Nakhoda Muda
Hikayat Negeri Riau
Hikayat Negeri Johor
Hikayat Pahang
Hikayat Panca Tanderan
Hikayat Pandawa Jaya
Hikayat Panji Kuda Semirang
Hikayat Patani
Hikayat Pelanduk Jenaka
Hikayat Purasara
Hikayat Putera Jaya Pati
Hikayat Raja Akil
Hikayat Raja Budiman
Hikayat Raja Jumjumah
Hikayat Raja Muda
Hikayat Raja-raja Pasai
Hikayat Samaun
Hikayat Sang Boma
Hikayat Sang Bima
Hikayat Seri Rama
Hikayat Si Miskin
Hikayat Siak
Hikayat Sultan Ibrahim
Hikayat Syah Mardan
Hikayat Tanah Hitu


(SUMBER:FORUMKAMI0
 

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN



Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”. Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci
‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang
‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
Penggunaan Tanda baca
Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
contoh: Saya suka makan nasi.
Sebuah kalimat diakhiri dengan titik. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan. Cara ini dilakukan dalam penulisan karya ilmiah.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
contoh:
Irwan S. Gatot
George W. Bush
Tetapi apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (Doktor)
Ny. (Nyonya)
S.E. (Sarjana Ekonomi)
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain)
dsb. (dan sebagainya)
tgl. (tanggal)
Dalam karya ilmiah seperti skripsi, makalah, laporan, tesis, dan disertasi, dianjurkan tidak mempergunakan singkatan.
5. Tanda titik dibelakang huruf dalam suatu bagian ikhtisar atau daftar.
contoh:
I. Persiapan Ulangan Umum.
A. Peraturan.
B. Syarat.
Jika berupa angka, maka urutan angka itu dapat disusun sebagai berikut dan tanda titik tidak dipakai pada akhir sistem desimal.
Contoh:
1.1
1.2
1.2.1
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
contoh: Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
contoh:
Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
Nomor Giro 033983 telah saya kasih kepada Michael.
8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga- lembaga nasional di dalam akronomi yang sudah diterima oleh masyarakat.
contoh:
Sekjen : (Sekretaris Jenderal)
UUD : (Undang-Undang Dasar)
SMA : (Sekolah Menengah Atas)
WHO : (World Health Organization)
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
contoh:
Cu (Kuprum)
52 cm
l (liter)
Rp 350,00
10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
contoh:
Latar Belakang Pembentukan
Sistem Acara
11. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.
contoh:
Jalan Kebayoran 32
Jakarta, 3 Mei 1997
Yth.Sdr.Ivan
Jalan Istana 30
Surabaya
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
contoh:
Oleh karena itu, kamu harus datang.
Jadi, saya tidak jadi datang.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
contoh:
O, begitu.
Wah, bukan main.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
contoh: Kata adik, “Saya sedih sekali”.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan tanggal, (ii) bagian-bagian kalimat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
contoh:
Medan, 18 Juni 1984
Medan, Indonesia.
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh: Rinto Jiang,S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
contoh:
33,5 m
Rp 10,50
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
contoh: dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
contoh: “Di mana Rex tinggal?” tanya Stepheen.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
contoh: malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur, adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
contoh:
yang kita perlukan, sekarang ialah barang-barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
contoh:
Ketua : Hany Christoffer
Wakil Ketua : Ricky Kurniawan Wenas
Sekretaris : Maria Dewi Puspasari
Wakil Sekretaris : Terry Rionaldy
Bendahara : Lina Veronica
Wakil bendahara : Marcel Lawinata
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
contoh:
Pak Erwin : “Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Pak Guru!”
Rexy : “Ya, Pak!”
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi sudah terbit.
5. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
contoh:
….dia beli ba-
ru juga.
-Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
contoh:
…. masalah i-
tu akan diproses.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dan belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya ada pergantian baris.
contoh:
…. cara baru meng-
ukur panas
akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
contoh:
………mengharga-
i pendapat.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
contoh: anak-anak
tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
contoh: p-e-n-g-u-r-u-s
5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
PN dengan di-PN-kan.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbulan atau kata.
contoh:
se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
ber-SMA
KTP-nya nomor 11111
bom-V2
sinar-X.
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
di-charter
pen-tackle-an
Sebagai lambang matematika untuk pengurangan (tanda kurang).
F. Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar
Dalam pengetikan karangan ilmiah, tanda pisah dinyatakan dengan 2 tanda hubung tanpa jarak.
contoh: Medan—Ibu kota Sumut—terletak di Sumatera
2. Tanda pisah menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.
contoh:
1919—1921
Medan—Jakarta
10—13 Desember 1999
Lihat lainnya pada Pedoman Ejaan yang Disempurnakan.
Penggunaan Angka atau Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Ditulis dengan angka Arab atau Romawi.
2. Angka dipakai untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi; satuan waktu; nilai uang; dan kuantitas.
3. Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
4. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf secara umum dipisahkan antar tiap bagian dan awalan “per-” (untuk pecahan) digunakan menyatu dengan bagian yang langsung mengikutinya.
6. Lambang bilangan tingkat dituliskan dengan tiga cara: angka Romawi, tanda hubung antara “ke-” dan angka, atau dirangkai jika angka dinyatakan dengan kata.
7. Lambang bilangan yang mendapat akhiran “-an” ditulis dengan tanda hubung antara angka dan “-an” atau dirangkai jika angka dinyatakan dengan kata.
8. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah.
9. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja agar mudah dibaca.
10.Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus, kecuali dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Jika dituliskan sekaligus, penulisan harus tepat.
11.Tanda hubung “ke-” tidak disambung pada bilangan yang menyatakan jumlah. Misalnya: Keempat anak tersebut sedang bersenang-senang.
contoh:
Jika ditulis dengan angka Arab, bilangan ditulis dengan diawali ke-. Jika ditulis dengan angka Romawi, bilangan ditulis sendirian.
Benar: abad kesebelas, abad ke-11, abad XI
Salah: abad ke sebelas, abad ke 11, abad ke-XI, abad 11
Penulisan tahun
Benar: 1960-an
Salah: 1960an
Singkatan dan Akronim
1. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan/organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
c. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Tetapi, singkatan umum yang terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik setelah masing-masing huruf.
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak diikuti tanda titik.
2. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
Penulisan gelar yang sering salah
DR, Dr, atau dr? Untuk doktor (S3) dan dokter (ahli penyakit)
1. Doktor (S3)
DR. SYAFARUDIN, bukan Dr. SYAFARUDIN, tetapi
Dr. Syafarudin, bukan DR. Syafarudin.
2. Dokter (ahli penyakit)
Dr. SOEMANTRI, bukan dr. SOEMANTRI, tetapi
dr. Soemantri, bukan Dr. Soemantri
Sering ditanyakan, bagaimana menuliskan gelar ini di awal kalimat. Hal ini adalah masalah tata kalimat. Hindari penulisan singkatan (termasuk gelar) di awal kalimat.
Penulisan kata
Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.
1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
3. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1].
4. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
5. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
6. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
7. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
9. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
10.Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
11.Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai.
12.Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
13.Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
14.Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
15.Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
16.Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
17.Partikel per- yang berarti “mulai”, “demi”, dan “tiap” ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.
Konsensus penggunaan kata
Tiongkok dan Tionghoa
Cina adalah bentuk dan penggunaan baku menurut KBBI. Ada himbauan untuk menghindari kata ini atas pertimbangan kesensitifan penafsiran. Sebagai alternatifnya diusulkan menggunakan kata China. Ini sebuah argumen yang tidak bisa didiskripsikan dan dijelaskan secara ilmiah bahasa, apalagi bunyi ujaran China – Cina adalah hampir sama (China dibaca dengan ejaan Inggris). Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara), Tionghoa (bahasa dan orang).
Mayat dan mati
mati: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata wafat, meninggal, gugur, atau tewas (tergantung konteks).
mayat: hindari penggunaannya dalam biografi. Gunakan kata jasad atau jenazah.
Penggunaan “di mana” sebagai penghubung dua klausa
Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk “di mana” (padanan dalam bahasa Inggris adalah “who”, “whom”, “which”, atau “where”) atau variasinya (“dalam mana”, dengan mana”, dan sebagainya). Penggunaan “di mana” sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata “yang” sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK “DI MANA”, apalagi “dimana”, termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya selalu dapat dicari struktur yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.
contoh-contoh:
(1) Dari artikel Kantin: … kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan … .
Usul perbaikan: … kantine adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan … .
(2) Dari artikel Tegangan permukaan: Tegangan permukaan = F / L dimana :
F = gaya (newton)
L = panjang m).[sic]
Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L.
Di sini tampak bahwa “apabila” menggantikan posisi “di mana” (ditulis di kalimat asli sebagai “dimana”).
(3) Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice … .
Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja … .
Contoh-contoh lain silakan ditambahkan.
[sunting] Kata penghubung “sedangkan”
Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga sering kali terjadi adalah yang melibatkan kata “sedangkan”. “Sedangkan” adalah kata penghubung dua klausa berderajat sama, sama seperti “dan”, “atau”, serta “sementara”. Dengan demikian secara tata bahasa ia TIDAK PERNAH bisa mengawali suatu kalimat (tentu saja lain halnya dalam susastra!). Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya. “Sedangkan” digunakan untuk mengawali kalimat, padahal untuk posisi itu dapat dipakai kata “sementara itu”.
Contoh: Dari harian Jawa Pos:
“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini, 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849.”
Usulan perbaikan 1:
“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849.”
Usulan perbaikan 2:
“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS se-Banten ada 12.849.”
Contoh gabungan kata yang ditulis serangkai:
acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, dan wasalam.
Kata yang sering salah dieja
Daftar ini disusun menurut urutan abjad. Kata pertama adalah kata baku menurut KBBI (kecuali ada keterangan lain) dan dianjurkan digunakan, sedangkan kata-kata selanjutnya adalah variasi ejaan lain yang kadang-kadang juga digunakan.
aktif, aktip
aktivitas, aktifitas
al Quran, alquran
analisis, analisa
Anda, anda
apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker)
asas, azas
atlet, atlit (ingat: atletik, bukan atlitik)
bus, bis
besok, esok
diagnosis, diagnosa
ekstrem, ekstrim
embus, hembus
Februari, Pebruari
frekuensi, frekwensi
foto, Photo
gladi, geladi
hierarki, hirarki
hipnosis (nomina), menghipnosis (verba), hipnotis (adjektiva)
ibu kota, ibukota
ijazah, ijasah
imbau, himbau
indera, indra
indragiri, inderagiri
istri, isteri
izin, ijin
jadwal, jadual
jenderal, jendral
Jumat, Jum’at
kanker, kangker
karier, karir
Katolik, Katholik
kendaraan, kenderaan
komoditi, komoditas
komplet, komplit
konkret, konkrit, kongkrit
kosa kata, kosakata
kualitas, kwalitas, kwalitet
kuantitas, kwantitas
kuitansi, kwitansi
kuno, kuna
lokakarya, loka karya
maaf, ma’af
makhluk, mahluk, mahkluk (salah satu yang paling sering salah)
mazhab, mahzab
metode, metoda
mungkir, pungkir (Ingat!)
nakhoda, nahkoda, nakoda
narasumber, nara sumber (berlaku juga untuk kata belakang lain)
nasihat, nasehat
negatif, negatip (juga kata-kata lainnya yang serupa)
November, Nopember
objek, obyek
objektif, obyektif/p
olahraga, olah raga
orang tua, orangtua
paham, faham
persen, prosen
pelepasan, penglepasan
penglihatan, pelihatan; pengecualian
permukiman, pemukiman
perumahan, pengrumahan; baik untuk arti housing maupun PHK
pikir, fikir
Prancis, Perancis
praktik, praktek (Ingat: praktikum, bukan praktekum)
provinsi, propinsi
putra, putera
putri, puteri
realitas, realita
risiko, resiko
saksama, seksama (Ingat!)
samudra, samudera
sangsi (=ragu-ragu), sanksi (=konsekuensi atas perilaku yang tidak benar, salah)
saraf, syaraf
sarat (=penuh), syarat (=kondisi yang harus dipenuhi)
sekretaris, sekertaris
sekuriti, sekuritas [2]
segitiga, segi tiga
selebritas, selebriti
sepak bola, sepakbola
silakan, silahkan (Ingat!)
sintesis, sintesa
sistem, sistim
sorga, surga, syurga
subjek, subyek
subjektif, subyektif/p
Sumatra, Sumatera
standar, standard
standardisasi, standarisasi [5]
tanda tangan, tandatangan
tahta, takhta
teknik, tehnik
telepon, tel(f/p)on, telefon, tilpon
teoretis, teoritis (diserap dari: theoretical)
terampil, trampil
ubah (=mengganti), rubah (=serigala) — sepertinya kedua-duanya berlaku
utang, hutang (Ingat: piutang, bukan pihutang)
wali kota, walikota
Yogyakarta, Jogjakarta
zaman, jaman
Bahasa Serapan
Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah di Indonesia maupun dari bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Arab, dan Sanskerta. Unsur pinjaman tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar: unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap, serta unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Penyesuaian ejaan
Tanpa perubahan
ae jika tidak bervariasi dengan e. Contoh: aerobe → aerob.
ai
au
e
ea
ei
eo
eu
f
i jika di awal suku kata di muka vokal. Contoh: ion → ion.
ie jika lafalnya bukan i. Contoh: variety → varietas.
kh (Arab)
ng
ps
pt
u
ua
ue
ui
uo
v
x, jika di awal kata. Contoh: xenon → xenon.
y, jika lafalnya y. Contoh: yen → yen.
z.
Dengan perubahan
aa (Belanda) → a. Contoh: octaaf → oktaf.
ae → e, jika bervariasi dengan e. Contoh: haemoglobin → hemoglobin.
c → k, jika di muka a, u, o, dan konsonan. Contoh: crystal → kristal.
c → s, jika di muka e, i, oe, dan y. Contoh: cylinder → silinder.
cc → k, jika di muka o, u, dan konsonan. Contoh: accumulation → akumulasi.
cc → ks, jika di muka e dan i. Contoh: accent → aksen.
ch dan cch → k, jika di muka a, o, dan konsonan. Contoh: saccharin → sakarin.
ch → s, jika lafalnya s atau sy. Contoh: machine → mesin.
ch → c, jika lafalnya c. Contoh: check → cek.
ç[1] (Sansekerta) → s. Contoh: çāstra → sastra.
ee (Belanda) → e. Contoh: systeem → sistem.
gh → g. Contoh: sorghum → sorgum.
gue → ge
ie (Belanda) → i, jika lafalnya i. Contoh: politiek → politik.
oe (oi Yunani) → e
oo (Belanda) → o. Contoh: komfoor → kompor.
oo (Inggris) → u. Contoh: cartoon → kartun.
oo (vokal ganda) tetap. Contoh: zoology → zoologi.
ph → f. Contoh: phase → fase.
q → k
rh → r. Contoh: rhetoric → retorika.
sc → sk, jika di muka a, o, u, dan konsonan. Contoh: scriptie → skripsi.
sc → s, jika di muka e, i, dan y. Contoh: scenography → senografi.
sch → sk, jika di muka vokal. Contoh: schema → skema.
t → s, jika di muka i. Contoh: ratio → rasio.
th → t. Contoh: methode → metode.
uu → u. Contoh: vacuum → vakum.
v (Sanskerta) → w atau v
x → ks, jika tidak di awal kata. Contoh: exception → eksepsi.
xc → ksk, jika di muka a, o, u, dan konsonan. Contoh: excavation → ekskavasi.
y → i, jika lafalnya i. Contoh: dynamo → dinamo.
konsonan ganda menjadi konsonan tunggal, kecuali jika dapat membingungkan. Contoh: effect → efek, mass → massa.
Penyesuaian akhiran
Tanpa perubahan
-anda, -andum, -endum
-ar
-ase, -ose
-ein
-ein. Contoh: protein → protein.
-et
-or. Contoh: dictator → diktator.
-ot
Dengan perubahan
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) → -(a)si. Contoh: action, actie → aksi.
-aat (Belanda) → -at. Contoh: plaat → pelat.
-able, -ble → -bel
-ac → -ak
-acy, -cy → -asi, -si
-age → -ase. Contoh: percentage → persentase.
-air → -er
-al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) → -al. Contoh: formeel → formal.
-ance, -ence → -ans, -ens (yang bervariasi dengan -ancy, -ency)
-ancy, -ency → -ansi, -ensi (yang bervariasi dengan -ance, -ence)
-ant → -an. Contoh: accountant → akuntan.
-archy, -archie (Belanda) → -arki. Contoh: anarchy, anarchie → anarki.
-ary, -air (Belanda) → -er. Contoh: primary, primair → primer.
-asm → -asme
-ate → -at
-eel (Belanda) → -el, jika tak ada padanan dalam bahasa Inggris.
-end → -en
-ete, -ette → -et
-eur (Belanda), -or → -ur, -ir. Contoh: director, directeur → direktur.
-eus (Belanda) → -us
-ic, -ique → -ik
-icle → -ikel
-ics, -ica → -ik, -ika. Contoh: logic, logica → logika.
-id, -ide → -ida
-ief, -ive → -if. Contoh: descriptive, descriptief → deskriptif.
-iel, -ile, -le → -il. Contoh: percentile → persentil.
-ific → -ifik
-isch, -ic → -ik. Contoh: elektronic → elektronik
-isch, -ical → -is. Contoh: optimistisch, optimistical → optimistis
-ism, -isme (Belanda) → -isme. Contoh: modernism, modernisme → modernisme.
-ist → -is. Contoh: egoist → egois.
-ite → -it
-ity → -itas
-logue → -log. Contoh: dialogue → dialog.
-logy, -logie → -logi. Contoh: analogy, analogie → analogi.
-loog (Belanda) → -log. Contoh: epiloog → epilog.
-oid, -oïde (Belanda) → -oid. Contoh: hominoid, hominoide → hominoid.
-oir(e) → -oar. Contoh: trottoir → trotoar.
-ous ditanggalkan
-sion, -tion → -si
-sy → -si
-ter, -tre → -ter
-ty, -teit → -tas [2]. Contoh: university, universiteit → universitas.
-ure, -uur → -ur. Contoh: premature, prematuur → prematur.
Penyesuaian awalan
Tanpa perubahan
a-, ab-, abs- (“dari”, “menyimpang dari”, “menjauhkan dari”)
a-, an- (“tidak”, “bukan”, “tanpa”)[3]
am-, amb- (“sekeliling”, “keduanya”)
ana-, an- (“ke atas”, “ke belakang”, “terbalik”)
ante- (“sebelum”, “depan”) [4]
anti-, ant- (“bertentangan dengan”)
apo- (“lepas”, “terpisah”, “berhubungan dengan”)
aut-, auto- (“sendiri”, “bertindak sendiri”)[5]
bi- (“pada kedua sisi”, “dua”)[6]
de- (“memindahkan”, “mengurangi”)
di- (“dua kali”, “mengandung dua …”)
dia- (“melalui”, “melintas”)
dis- (“ketiadaan”, “tidak”)
em-, en- (“dalam”, “di dalam”)
endo- (“di dalam”)
epi- (“di atas”, “sesudah”)
hemi- (“separuh”, “setengah”)
hemo- (“darah”)
hepta- (“tujuh”, “mengandung tujuh”) [7]
hetero- (“lain”, “berada”)
im-, in- (“tidak”, “di dalam”, “ke dalam”)
infra- (“bawah”, “di bawah”, “di dalam”)
inter- (“antara”, “saling”)[8]
intro- (“dalam”, “ke dalam”)
iso- (“sama”)
meta- (“sesudah”, “berubah”, “perubahan”)
mono- (“tunggal”, “mengandung satu”)[9]
pan-, pant-, panto (“semua”, “keseluruhan”)
para- (“di samping”, “erat berhubungan dengan”, “hampir”)
penta- (“lima”, “mengandung lima”)[10]
peri- (“sekeliling”, “dekat”, “melingkupi”)
pre-(“sebelum”, “sebelumnya”, “di muka”)[11]
pro- (“sebelum”, “di depan”)
proto- (“pertama”, “mula-mula”)
pseudo-, pseud- (“palsu”)
re- (“lagi”, “kembali”)[12]
retro- (“ke belakang”, “terletak di belakang”)
semi- (“separuhnya”, “sedikit banyak”)
sub-[13](“bawah”, “di bawah”, “agak”, “hampir”)
super-, sur- (“lebih dari”, “berada di atas”)
supra- (“unggul”, “melebihi”)
tele- (“jauh”, “melewati”, “jarak”)
trans- (“ke/di seberang”, “lewat”, “mengalihkan”)
tri- (“tiga”)
ultra- (“melebihi”, “super”)
uni- (“satu”, “tunggal”)
[sunting] Dengan perubahan
ad-, ac- → ad-, ak- (“ke”, “berdekatan dengan”, “melekat pada”)
cata- → kata- (“bawah”, “sesuai dengan”)
co-, com-, con- → ko-, kom-, kon- (“dengan”, “bersama-sama”, “berhubungan dengan”)
contra- → kontra- (“menentang”, “berlawanan”)
ec-, eco- → ek-, eko- (“lingkungan hidup”)
ex- → eks- (“sebelah luar”, “mengeluarkan”)
exo-, ex- → ekso-, eks- (“di luar”)
extra- → ekstra- (“di luar”)
hexa- → heksa- (“enam”, “mengandung enam”)
hyper- → hiper- (“di atas”, “lewat”, “super”)
hypo- → hipo- (“bawah”, “di bawah”)
poly- → poli- (“banyak”, “berkelebihan”)
quasi- → kuasi- (“seolah-olah”, “kira-kira”)
syn- → sin- (“dengan”, “bersama-sama”, “pada waktu”)
Penyerapan dengan penerjemahan
a- → tak-. Contoh: asymetric → tak simetri
ante- → purba-. Contoh: antedate → purbatanggal
anti- → prati-. Contoh: antibiotics → pratirasa
auto- → swa-. Contoh: autobiography → swariwayat
de- → awa-. Contoh: demultiplexing → awa-pemultipleksan
bi- → dwi-, bi-. Contoh: bilingual → dwibahasa
inter- → antar-, inter-. Contoh: international → antarbangsa
mal- → mal-, mala-. Contoh: malnutrition → malagizi, malnutrisi
post- → pasca-. Contoh: postgraduate → pascasarjana
→ purna-. Contoh: purnawirawan
pre- → pra-. Contoh: prehistory → prasejarah
re- → -ulang. Contoh: recalculate → hitung ulang
-ble → laik-. Contoh: edible → laik-santap
-like → lir-, bak-. Contoh: jelly-like → liragar
-less → nir-, awa-, mala-, tan-. Contoh: seedless → nirbiji; colourless → awawarna, tanwarna
Aturan penyerapan imbuhan
1. Aturan-aturan imbuhan serapan dari bahasa asing mengikuti aturan yang kurang lebih sama dengan aturan pembentukan kata berimbuhan lain.
2. Disambung jika menggunakan kata dasar. Contoh: dwiwarna, pascasarjana.
3. Dipisah jika menggunakan kata bentukan atau turunan. Contoh: pra pemilu.
4. Diberi tanda hubung jika kata dasar berawalan huruf kapital. Contoh: non-Indonesia, anti-Israel.
Catatan kaki
1 Dalam penulisan modern biasa dieja sebagai ś
2 Tidak semua akhiran -ty bahasa Inggris dialih-bahasakan menjadi -tas walaupun tak dimungkiri bahwa mayoritasnya demikian, dalam hal ini berlaku kata-kata seperti sekuriti dan komoditi yang menggunakan sistem kedua (-ti bukan -tas), hal yang sama berlaku pada kata properti (bukan propertas). Kata-kata lainnya misalnya kuantitas memang menggunakan penerjemahan -tas.
3 sering diterjemahkan dengan awalan tak-, Contoh: takpadan (asimetri)
4 sering diterjemahkan dengan awalan purba-, Contoh: purbatanggal (antedate)
5 sering diterjemahkan dengan awalan swa-, Contoh: swadidik (autodidak)
6 sering diterjemahkan dengan awalan dwi-, Contoh: dwibahasa (bilingual)
7 sering diterjemahkan dengan awalan sapta-, Contoh: saptamarga
8 sering diterjemahkan dengan awalan antar-, Contoh: antarnegara (internasional), antarbagian (interseksi)
9 sering diterjemahkan dengan awalan eka-, Contoh: ekatuhan (monoteis)
10 sering diterjemahkan dengan awalan panca-, Contoh: pancasila
11 sering diterjemahkan dengan awalan pra-, Contoh: pratayang, prasangka, praduga
12 sering diterjemahkan dengan awalan ulang-, Contoh: ulangsusun, ulangbuat
13 sering diterjemahkan dengan awalan anak-, Contoh: anakjenis, anakbenua
Penamaan artikel
Nama-nama geografis
Coba berikan padanan nama-nama geografis dalam bahasa Indonesia dari tempat-tempat di luar negeri apabila ada. Apabila tidak ada, tolong berikan nama tersebut dalam bahasa setempat, hindarkan pemberian nama dalam bahasa Inggris, namun tentu saja nama Inggris bisa disebut di dalam artikel. Nama dalam bahasa Inggris bisa pula dipakai sebagai nama halaman redireksi. Tetapi jika bahasa setempat tidak ditulis menggunakan huruf Latin, nama dalam bahasa Inggris bisa dipertimbangkan. Khusus mengenai nama-nama geografis di Jawa, ejaan resmi dalam bahasa Indonesia dipakai, meski ini sering tidak konsisten dan konsekuen. Kadangkala fonem /a/ pada posisi akhir terbuka dieja sesuka hati sebagai [o] atau [a].
Contoh:
Nama-nama tempat asing
Antwerpen dan bukan Antwerp (bahasa Inggris).
Moskwa dan bukan Moscow (bahasa Inggris).
Perancis dan bukan Prancis (berdasarkan kesepakatan).
Singapura dan bukan Singapore (bahasa Inggris).
Wina dan bukan Wien (bahasa Jerman) apalagi Vienna (bahasa Inggris).
Yerusalem dan bukan Jerusalem (bahasa Inggris).
Nama-nama tempat di Jawa
Surabaya dan bukan Suroboyo.
Wonogiri dan bukan Wanagiri.
Surakarta atau Solo, atau Sala dan bukan Surokarto.
Purwakarta dan bukan Purwokarto di Jawa Barat.
Purwokerto dan bukan Purwakerta di Jawa Tengah.
Nama-nama tempat yang sering dipakai di Indonesia
Kabupaten dan Kota. Untuk kabupaten dan kota di Indonesia, penamaan artikelnya memakai format “Kabupaten AA” dan “Kota AA”, contoh: Kabupaten Aceh Besar dan Kota Lhokseumawe, jadi bukan “Aceh Besar” dan “Lhokseumawe”. Ini berlaku walaupun nama tersebut hanya memiliki satu kegunaan. Pada contoh diatas Aceh Besar diberi nama Kabupaten Aceh Besar walaupaun tidak ada Kota Aceh Besar.
Kecamatan. Untuk nama kecamatan menggunakan pola “nama kecamatan, nama kabupaten atau kota” seperti Ciawi, Bogor dan Ciawi, Tasikmalaya bukan Kecamatan Ciawi karena nama kecamatan yang sama bisa terdapat di kabupaten yang lain.
Kelurahan/desa. Untuk nama kelurahan menggunakan pola “nama kelurahan, nama kecamatan, nama kabupaten atau kota” seperti Seutui, Baiturrahman, Banda Aceh dan bukan Seutui atau Kelurahan Seutui atau Seutui, Baiturrahman.
Pulau, Sungai, Danau, Pulau, Suku, Air terjun, Tanjung, Selat, Teluk. Mengikuti pola “Pulau AA”, “Sungai Mahakam” dan sebagainya. Contohnya: Pulau Simeulue dan bukan Simeulue. (terkecuali untuk Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan tidak memakai awalan pulau karena lebih populer)
Untuk nama-nama tempat di Indonesia yang memiliki banyak kegunaan, maka artikel dengan nama itu menjadi halaman disambiguasi. Contohnya: “Blitar” karena memiliki banyak arti, maka artikel “Blitar” menjadi halaman disambiguasi yang mengandung pranala ke Kota Blitar dan Kabupaten Blitar.
Nama-nama tokoh
Nama-nama tokoh dalam bahasa Indonesia, dieja sesuai ejaan asli meskipun bertentangan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Nama-nama tokoh asing juga sesuai ejaan dalam bahasa aslinya, hindarkan penggunaan ejaan bahasa Inggris. Namun apabila bahasa asli tidak ditulis menggunakan huruf Latin, ejaan dalam bahasa Inggris bisa dipertimbangkan. Hindarkan penggunaan nama-nama Latin atau Yunani dengan ejaan bahasa Inggris. Untuk nama-nama tokoh Tionghoa gunakan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Apabila tidak ada coba gunakan ejaan Pinyin dan hindari ejaan Inggris berdasarkan Wade-Giles, meski ejaan terakhir ini kadangkala secara fonetis lebih tepat.
Pedoman penggunaan ejaan untuk nama tokoh Indonesia adalah sebagai berikut:
Kelahiran sebelum tahun 1947, gunakan Ejaan Van Ophuijsen (gunakan oe untuk u, tj untuk c, dj untuk j, dan j untuk y).
Kelahiran antara 1947 dan sebelum 1972, gunakan Ejaan Republik (gunakan tj untuk c, dj untuk j, dan j untuk y).
Kelahiran pada dan setelah 1972, gunakan Ejaan Yang Disempurnakan.
Jika ragu, atau tanggal kelahiran tokoh tidak tersedia, gunakan Ejaan Yang Disempurnakan.
Nama-nama tokoh sebaiknya ditulis secara lengkap berikut nama depan dan nama belakang, kecuali tokoh tidak memiliki nama depan secara resmi atau nama merupakan nama julukan.
Contoh:
Aristoteles dan bukan Aristotle.
Bill Clinton dan bukan William Jefferson Clinton
Boris Yeltsin dan bukan Yeltsin.
Jeanne d’Arc dan bukan Joan of Arc.
Kong Hu Cu dan bukan Kung Fu-tse
Lenin bisa dipergunakan seiring dengan Vladimir Lenin.
Mao Zedong dan bukan Mao Tse-tung.
Ptolemeus dan bukan Ptolemy.
Soeharto dan bukan Suharto.
Soekarno dan bukan Sukarno.
H.O.S. Tjokroaminoto dan bukan H.O.S. Cokroaminoto.
Penggunaan gelar
Gelar-gelar kebangsawanan dan akademis jangan dipakai sebagai judul artikel meskipun harus disebut dalam artikel sendiri.
Contoh:
Hamengkubuwono IX dan bukan Sultan Hamengkubuwono IX atau Sri Hamengkubuwono IX
Kartini dan bukan R.A. Kartini atau Raden Adjeng Kartini atau Raden Ajoe Kartini
Jusuf Kalla dan bukan Drs. Jusuf Kalla
Beberapa gelar lainnya yang juga harus dihindari antara lain: GPH (Gusti Pangeran Haryo), KGPH (Kanjeng Gusti Pangeran Haryo), GBPH (Gusti Bendoro Pangeran Haryo) dan lain-lain. (lihat gelar kebangsawanan). (E.T.)
 

CARA MENULIS DAFTAR PUSTAKA



Daftar pustaka adalah daftar beberapa buku yang dijadikan referensi penulisan sebuah buku. Dalam etika penulisan karya ilmiah, daftar pustaka harus dituliskan sebagai bentuk penghargaan kepada penulis buku sebelumnya yang dijadikan referensi. Dengan demikian nilai keilmiahan suatu tulisan ilmiah, dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas referensinya.
Ada beberapa kaidah dalam menulis daftar pustaka. Beberapa di antaranya : (a) dituliskan sistematis berdasarkan urutan alfabetis, (b) tidak diurutkan berdasarkan nomor urut, dan (c) titel dan gelar kebangsawanan perlu ditulis.
 Adapun beberapa kaindah lainnya, sebagai berikut :
1.      Jika bersumber  dari Buku
Cara menulisnya :
Nama penulis[tanpa dibalik-titik] spasi tahun terbit[titik] spasi judul buku [cetak miring-titik] spasi kota penerbit[titik dua] nama penerbit.

Contoh:
Johan Wahyudi. 2010. Menjadi Cerpenis. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Catatan :
a.       Jika seorang penulis menggunakan dua atau lebih buku dari penulis yang sama, daftar pustaka ditulis dengan mengurutkan tahun lama ke tahun yang lebih muda. Di bawah nama penulis diberi garis panjang tanpa putus sebanyak 10 spasi. Jika satu baris tidak mencukupi, baris berikutnya dibuat menggantung atau hanging.

Contoh:
Johan Wahyudi. 2009. Menjadi Cerpenis. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
___________. 2010. Terampil Menulis Surat. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.


b.      Jika sebuah buku ditulis dua orang, keduanya ditulis lengkap.

Contoh:
Johan Wahyudi dan Ilham Ahmad Husaini. 2009. Panduan Menjadi Juara. Solo:   Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
c.       Jika sebuah buku ditulis tiga orang atau lebih, hanya penulis utama yang ditulis dengan diikuti dkk (dan kawan-kawan). Penulis utama adalah penulis yang letak namanya berada di kiri atau atas susunan penulis.
Contoh:
Johan Wahyudi, Ilham Ahmad Husaini, dan Muhammad Zuhdi Alghifari. 2009. Panduan Menjadi Juara.Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. (salah).
Johan Wahyudi, dkk. 2009. Panduan Menjadi Juara. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. (benar).
d.      Nama asing dibalik karena nama asing meletakkan nama diri di belakang nama keluarga atau nama marga.
Contoh:
Noam Chomsky. 1997. Introducing of Linguistic. British: Universal Oxford Press Ltd. (salah).
Chomsky, Noam. 1997. Introducing of Linguistic. British: Universal Oxford Press Ltd. (benar).

2.      Jika bersumber  dari Penelitian
a.       Penulisan daftar pustaka yang bersumberkan hasil penelitian atau jurnal tidak mempunyai banyak perbedaan dengan penulisan daftar pustaka yang bersumber dari buku. Perbedaannya hanya meletakkan jenis penelitian dengan diapit tanda kurung.
Contoh:
Johan Wahyudi. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Penerapan Metode Inkuiri (Tesis). Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b.      Jika bersumber dari jurnal penelitian, daftar pustaka ditulis sebagai berikut.
Contoh :
Johan Wahyudi. 2009. Meningkatkan Kemampuan Menulis Petunjuk dengan Pemanfaatan Lingkungan Sekolah. (Jurnal Bahasa dan Sastra Nomor 05 Volume 1 Tahun III). Samarinda: Balai Bahasa Kalimantan Timur.

3.      Jika bersumber  dari Artikel
Cara penulisannya :
Nama penulis[tanpa dibalik-titik] spasi tahun terbit[titik] spasi judul artikel [cetak miring-titik] spasi dalam [nama media cetak lengkap dengan tanggal, bulan dan tahunnya-titik].

Contoh:
Johan Wahyudi. 2010. Ayo Menulis Buku dalam Majalah Guruku Edisi Juni 2010.

4.      Jika bersumber dari internet
Cara penulisannya :
Nama penulis[tanpa dibalik-titik] spasi tahun terbit[titik] spasi judul artikel [cetak miring-titik] spasi dalam [nama media cetak lengkap dengan tanggal, bulan, tahun, dan waktu mengunduhnya-titik].

Contoh:
Johan Wahyudi. 2010.  Jika Naskah Buku Ditolak Penerbit dalam http://media.kompasiana.com/buku/2011/01/20/jika-naskah-buku-ditolak-penerbit/ diunduh pada Sabtu, 22 Januari 2011 jam 08.12.

 

WAWANCARA



Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis).
Untuk menghasilkan sebuah berita yang baik sangat tergantung dari hasil wawancara di lapangan. Sedikitnya data yang diperoleh di lapangan, akan menyulitkan wartawan dalam menulis berita. Untuk itu, dalam melakukan wawancara, upayakan mendapatkan data yang selengkap-lengkapnya di lapangan, khususnya melalui proses wawancara.
Dalam bidang jurnalistik, dikenal beberapa jenis wawancara, antara lain:
a.       Wawancara berita (news peg interview) yaitu, wawancara yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, konfirmasi atau pandangan narasumber tentang suatu masalah.
b.    Wawancara Pribadi (personal interview) yaitu wawancara untuk memperoleh data tentang pribadi dan pemikiran seseorang (narasumber). Berita yang dihasilkan berupa profil narasumber, meliputi identitas pribadi, perjalanan hidupnya dan pandangan-pandangannya mengenai berbagai masalah yang terkait profesinya.
c.    Wawancara Ekslusif (exclusive inteview) yaitu wawancara yang dilakukan seseorang wartawan atau lebih (tetapi berasal dari satu media) secara khusus berkaitan masalah tertentu di tempat yang telah disepakati bersama.
d.   Wawancara Keliling/Jalanan (man in the street interview) yaitu wawancara yang dilakukan seorang wartawan dengan menghubungi berbagai interview secara terpisah yang satu sama lain mempunyai kaitan dengan masalah atau berita yang akan ditulis. Misalnya, ada peristiwa kebakaran.
Tujuan (kedudukan) wawancara
  • Discovery, yaitu untuk mendapatkan  / menemukan hal  baru tentang suatu masalah
  • Pengukuran psikologis: data yang diperoleh dari wawancara akan diinterpretasikan dalam rangka melakukan diagnosis permasalahan subjek dan usaha mengatasi masalah tersebut.
  • Pengumpulan data penelitian : informasi dikumpulkan untuk mendapatkan penjelasan atau pemahaman mengenai suatu fenomena dalam penelitian
Mengapa menggunakan wawancara ?
  • Karena ingin melengkapi dan menambahkan data yang telah ada, yang diambil dengan metode lain seperti survey, observasi, studi dokumen, dsb.
  • Karena ingin mengambil data kualitatif tentang suatu fenomena tertentu. Wawancara dapat digunakan sebagai metode pengambilan data
  • Karena situasi tertentu dalam bidang pengukuran (assessment) psikologis ketika alat ukur tidak dapat digunakan karena alasan berikut :
    1. Subjek buta huruf
    2. Subjek menolak mengerjakan tes tertentu
    3. Topik yang diukur bersifat pribadi, individual dan rahasia

II. TAHAP WAWACARA
Sebagaimana definisi berita, sebenarnya tidak ada kiat yang mutlak untuk melakukan wawancara. Apalagi setiap wartawan punya kiat-kiat tersendiri dalam menemui dan memancing simpati narasumber untuk mau melayani permintaan untuk wawancara. Namun demikian, ada beberapa hal umum yang perlu menjadi catatan para wartawan sebelum melakukan wawancara.
1.      TAHAP PERSIAPAN
Pada dasarnya, seorang wartawan harus siap setiap saat melakukan wawancara dengan orang lain (narasumber), namun untuk sebuah wawancara yang baik diperlukan persiapan yang baik. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain:
a.       Fisik.
Sebelum melakukan wawancara, seorang wartawan harus sudah benar-benar sehat secara fisik. Dengan kata lain, kondisi fisiknya benar-benar fit. Fisik yang prima akan mempengaruhi jalannya wawancara maupun hasil yang akan diperoleh dari wawancara tersebut.
b.      Mental
Wartawan yang secara mental belum siap untuk melakukan wawancara dengan narasumber berita, akan berakibat fatal terhadap proses wawancara apalagi terhadap hasil yang akan diperoleh. Untuk itu, kesiapan mental sangat diperlukan oleh seorang wartawan.
c.       Daftar Pertanyaan
Sebelum terjun ke lapangan melakukan wawancara atau wawancara melalui telepon, wartawan harus memiliki daftar pertanyaan yang akan diajukan. Daftar pertanyaan itu disusun sedemikian rupa, sehingga antara pertanyaan yang satu dengan lainnya memiliki hubungan yang jelas.
d.      Buat Janji
Sebelum wawancara, sebaiknya buat dulu janji dengan narasumber sehingga kedua belah pihak sama-sama siap untuk melakukan wawancara.
e.       Alat Tulis dan Alat Perekam
Persiapkan alat tulis, seperti pena dan buku catatan. Meski menggunakan alat perekam, alat tulis tetap saja diperlukan terutama untuk menulis nama, gelar dan angka.

2.      TAHAP PELAKSANAAN
Setelah melakukan persiapan, tahapan selanjutnya adalah melakukan wawancara. Tahapan ini merupakan tahapan penting yang akan dilalui seorang wartawan. Pada tahapan ini, ada beberapa hal yang mesti dilakukan, antara lain:
a.       Datanglah tepat waktu
b.      Perhatikan penampilan
c.        Perkenalkan diri kepada narasumber (khususnya nama dan media tempat tempat wartawan bekerja)
d.       Perkenalkan masalah yang akan ditanyakan, sehingga narasumber tahu alasan dirinya dijadikan narasumber
e.        Mulailah dengan pertanyaan ringan (untuk narasumber yang punya banyak waktu) namun to the point (langsung ke persoalan inti) untuk narasumber tertentu.
f.        Pertanyaan tidak bersifat interogatif atau terkesan memojokkan narasumber, sehingga menjadikan narasumber seperti terdakwa di persidangan.
g.       Hindari pertanyaan yang sifatnya menggurui
h.      Dengarkan dengan baik jawaban yang disampaikan narasumber. Boleh menyela apabila narasumber lari dari topik yang dibicarakan
i.         Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan baru yang muncul dari penjelasan narasumber. Sebab, hal ini senanitasa terjadi dalam setiap wawancara.
j.         Setelah seluruh pertanyaan diajukan, jangan lupa memberikan kesempatan kepada narasumber untuk menjelaskan hal-hal yang mungkin belum ditanyakan.
k.       Usai wawancara, sampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber.

Tips Wawancara:
a. Penampilan.
b. Wawancara Bukan Interograsi
c. Tunjukkan Empati
d. Berikan Rasa Aman
e. Kesepakatan Off The Record
f. Kuasai Topik Wawancara
g. Daftar Pertanyaan